Opini Narasi Tentang Guru Salesian Smater Literasi

  • Romilindo Hilfison
  • November 24, 2022
  • 0
Opini Narasi Tentang Guru Salesian Smater Literasi

OPINI                                                               NARASI TENTANG GURU

(Menelisik Jejak Guru dalam Sejarah)

Oleh Romylindo Hilfison,

Pengajar di SMA Katolik Frateran Maumere


Pendasaran  dan Historisitas Hari Guru Nasional

  Penetapan Hari Guru Nasional secara resmi terjadi pada tahun 1994. Legalitas ini melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Momen penentuan  Hari Guru Nasional bertepatan dengan momen lahirnya organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).  Momentum perayaan Hari Guru adalah sebuah bentuk penghargaan dan penghormatan kepada setiap guru atas perngorbanan dan dedikasinya dalam melakoni tugas mulia mendidik generasi emas bangsa. Mengapa Hari Guru perlu dirayakan? Pertanyaan ini menuntut jawaban iya, karena upaya yang dilakukan oleh seorang guru tidak bisa dikalkulasi dengan cara apapun dengan pengorbanan dan tanpa kenal lelah pada anak didiknya. Namun dalam kenyataan  bagi sebagian orang  seringkali dianggap sederhana, tanpa arti bahkan lebih ekstrimnya lagi tidak menghargai seorang guru.

  Dalam ulasan sederhana ini, penulis ingin melihat kembali jejak historis tentang guru. Seperti yang diketahui bahwa jaman Penjajahan Jepang tidak berlangsung lama di Indonesia. Pasca peledakan bom oleh sekutu di kota Hirosima dan Nagasaki, saat itu juga bangsa Indonesia mulai perlahan-lahan merasakan hawa kebebasan.  Kemerdekaan itu kemudian menjadi modal utama dalam perjuangan dan jati diri pada guru di Indonesia.

Di tengah huru-hara pasca kemerdekaan, para guru melangsungkan  Kongres Pendidik Bangsa di Sekolah Guru Puteri di Surakarta, Jawa Tengah. Kongres tersebut dipimpin para tokoh pendidik seperti Amin Singgih, Rh. Koesnan dan beberapa orang lagi. Kegiatan yang penuh nuansa inspiratif ini berlangsung selama dua hari 24-25 November 1945. Dari kongres tersebut melahirkan  wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sejak saat itu PGRI hadir sebagai wadah perjuangan kaum Guru untuk turut serta menegakkan dan mempertahankan serta mengisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka.

 Adapun Kongres I PGRI ini telah merumuskan tiga tujuan mulia PGRI, yakni:

1.   Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran dengan dasar kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, serta hak dan nasib guru khususnya.
PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang. Tujuan ini tegas mengacu kepada pola dan tata kehidupan bangsa berdasarkan UUD 1945 tidak terlepas dari jiwa dan semangat Proklamasi Kemerdekaan.

Dari sisi historis, Hari Guru Nasional yang sudah dilalui oleh Persatuan Guru Republik Indonesia, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI pada tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional.

 

Kesejatian Seorang Guru

"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari".  Peribahasa ini jelas sudah tidak asing di telinga kita.  Bisa dikatakan hampir tiap hari kita mendengarnya.  Kata-katanya memang sepintas dan mungkin terdengar sederhana dan simple. Tapi siapa sangka, meski terdengar sepele namun terselip makna filosofis yang mendalam dan menggumpal dalam peribahasa tersebut. Peribahasa ini menggambarkan betapa pentingnya peranan guru dalam kehidupan anak didiknya sekaligus kehidupannya kelak di tengah masyarakat.

Guru selalu menjadi panutan utama dalam kehidupan sehari-hari. Dari peribahasa itu kita dapat simpulkan bahwa guru merupakan sosok panutan  sejati karena semua tingkah laku sikap dan perkataan selalu menjadi sorotan publik tidak hanya di dalam ruang kelas tetapi juga di lingkungan sosial kemasyarakatan. Pertanyaannya yang menggelitik  adalah, kenapa banyak orang beranggapan bahwa guru itu mudah dan tidak banyak tantangan?  Ini harus dijawab terlebih dahulu agar seseorang tidak menggampangkan profesi berat seorang guru.

Boleh dikata, gurulah orang pertama yang bisa merubah masa depan Bangsa-Negara. Ini pekerjaan berat.  Betapa tidak, guru mengajarkan berbagai hal kecil kepada anak didiknya. Bahkan sekarang ini banyak orang tua yang "menyerahkan" anaknya 100 persen kepada guru di sekolah. Ini merupakan tantangan besar yang harus dihadapi seorang guru. Seorang guru mampu mengajarkan huruf demi huruf menjadi sebuah kalimat yang bagus bagi anak didiknya. Guru harus benar-benar mampu menyiapkan berbagai hal agar bisa mencetak generasi muda yang menjadi Agent of Change.  Oleh karena itu profesi guru tidak boleh dianggap remeh.

Publik tahu bahwa pendidik bakal dihadapkan dengan berbagai kepribadian anak yang bermacam-macam. Ada yang bandel, nakal dan ada pula yang tertib. Itu adalah dinamika dalam dunia pendidikan di mana para guru harus siap menghadapinya. Dengan kata lain tugas guru itu rumpil rumit. Seorang guru dalam mendidik murid harus menyadari benar bahwa pendidikan tersebut merupakan proses panjang untuk mengubah perilaku sang murid. Kasarnya, seorang guru tidak sekedar "makan" gaji buta tetapi di pundaknya ada ribuan amanat untuk mencerdaskan  membenahi karakter karakter anak-anak bangsa.  

Tugas seorang guru memang berat dalam proses belajar mengajar. Di dalam ruang kelas, guru tidak hanya sekedar mengajar dan menyampaikan materi pelajaran tapi lebih dari itu guru harus mampu menumbuhkan dan memaksimalkan apa yang ada dalam diri pribadi sang anak didik. Dari kecerdasan yang terpendam, cara berpikir agar bisa lebih kritis dan dinamis hingga mengerjakan bagaimana anak didik bisa berpikir kreatif serta bagaimana mereka nanti bisa memecahkan masalah yang dihadapi baik sekarang atau di masa yang akan datang. Itulah yang membedakan antara profesi guru dan profesi profesi lainnya . Sekali lagi, jelas ini bukan pekerjaan gampang dan tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak rintangan dan hambatan yang pasti akan bertemu seorang guru dalam perjalanannya mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.

 

Fenomena Miris Guru Hari-Hari ini

Banyak kejadian diluar akal sehat manusia menimpah seorang guru. Hampir seluruh pelosok negeri ini mempunya kisah yang kelam terhadap para guru. Di Papua, beberapa orang guru tewas lantaran dihajar senjata  KKB. Di Flores, ada kasus penikaman terhadap ibu guru. Ada juga kasus pemukulan dan pengancaman terhadap guru lantaran guru menghukum peserta didik karena tindakan indisipliner. Kewajiban seorang guru untuk  membentuk karakter anak didik semakin dipersempit. Ruang gerak para pendidik dikungkung demi membina karakter peserta didik. HAM menjadi senjata pamungkas sekaligus boomerang dalam dunia pendidikan. Di sisi lain, guru kerap dituding menjadi biang kerok atas kenakalan remaja. Tidak mengherankan jika kemudian publik banyak yang menganggap jika kenakalan remaja merupakan kegagalan guru dalam mendidik anak-anak dalam ruang kelas. Ini jelas salah satu kenyataan pahit yang harus dihadapi profesi bagi seorang guru, Tidak hanya sebatas mengajar di dalam ruang kelas tapi bagaimana mampu mendidik anak-anak agar memiliki moral dan akhlak menjadi baik. Fenomena-fenomena miris di atas mau mengafirmasi bahwa sungguh besar tantangan yang harus dihadapi guru. Tidak semua orang bisa menjalankan profesi berat tersebut karena sejatinya guru mencerdaskan anak bangsa tidak sebatas memiliki etika dan budi pekerti yang baik. Dalam mengajar guru dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka serta kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif sehingga anak didik semangat untuk terus belajar. Langkah ini dilakukan agar anak didik terus termotivasi serta menumbuhkan minat anak didik agar tetap cinta dan ingin belajar. Dengan demikian tujuan belajar bisa tercapai secara efektif, efisien, cepat dan tepat.


         Akhirnya sekali lagi perlu diafirmasi bahwa menjadi guru merupakan profesi yang sangat mulia dan terhormat. Guru itu merupakan panggilan jiwa. Dan lebih dari itu, untuk seluruh guru di pelosok nusantara hendaklah mari kita refleksikan di momen Hari Guru Nasional ini di mana terdapat empat tipe guru oleh William Arthur Ward, salah satu pakar dan praktisi dunia pendidikan yang terkemuka, yakni The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspire. Guru yang biasa-biasa itu menceritakan. Guru yang baik itu menjelaskan. Guru yang hebat itu mendemonstrasikan dan Guru yang agung itu menginspirasi. Kita termasuk tipe yang mana? Selamat merayakan Hari Guru Nasional.