SENENG, Kearifan Lokal Sikka Yang Tersisa
Perjalanan pagi ini boleh diberi judul "SMATER Back to Nature". Ada apa? Sekelompok peserta didik SMA Katolik Frateran Maumere berani bertolak dan menukik lebih dalam sembari mengangkat kembali kearifan lokal berupa kerajinan tangan tradisional Sikka yang kian hari kian punah. Eksistensi tentang yang asli hampir pudar, redup karena tergerus arus modernisasi yang begitu dasyat. Tanpa disadari dan dipastikan bahwa sebentar lagi yang lokal, yang asli, akan tinggal nama tanpa bukti kasat mata yang bisa dikenang oleh generasi sekarang. SENENG, salah satu kerajinan tangan tradisional Sikka , merupkan wadah untuk menyimpan nasi dan lauk pauk lainnya sekarang hampir punah karena diganti oleh barang-barang pabrik (piring,mangkok plastik) dengan harga lima ribuan. Kegiatan pagi ini adalah sebuah program dari kurikulum baru yang diframe oleh keprihatinan akan pudarnya kearifan lokal Sikka.
Mulai tahun ajaran 2022/2023, SMA Katolik Frateran Maumere (Smater) resmi menjalankan kurikulum merdeka. Smater juga dinobatkan sebagai salah satu dari tiga sekolah di Sikka yang tergabung dalam sekolah penggerak angkatan ke 2 seIndonesia. Konsekuensinya, Smater harus menjadi pelopor untuk program-program yang ada di dalam kurikulum merdeka.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah salah satu program khas dalam kurikulum merdeka. Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik yang didasarkan pada nilai-nilai luhur pancasila. Aplikasi dari Profil Pelajar Pancasila dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap pelajar melalui Budaya Sekolah, Pembelajaran Intrakurikuler, Pembelajajaran korukuler(P5) dan Pembeljaran Ekstrakurikuler. Dan di Smater program P5 akan berlangsung selama dua minggu lebih di mana peserta didik, kelas 10, 'bebas' dari kegiatan belajar mengajar. Ada tiga tema besar dalam program P5 kali ini yakni EKO WISATA, KEARIFAN LOKAL dan KEBHINEKAAN GLOBAL
Sebagai tindaklajut dari program P5 tersebut maka, sekelompok peserta didik SMater yang mendapat tema KEARIFAN LOKAL melakukan kunjungan ke Sanggar Bliran Sina, Watublapi. Kegiatan ini dalam program ini dinamakan tahap kontekstualisasi. Sebuah tahap dimana peserta didik mengamati, mengalami dan merasakan akan objek ynag hendak digarap nanti. Di tempat ini mereka menimbah ilmu dari instruktur-instruktur hebat tentang pembuatan Seneng dan bentuk lainnya.. Bapak Abdon, salah satu instruktur yang telah membantu peserta didik untuk mengenal lebih dalam tentang kearifan lokal ini. Penjelasannya yang berapi-api membuat peserta didik pun begitu bersemangat dan antusias. Harapannya adalah kelak tema Kearifan Lokalini bisa mencapai produk yang diharapkan. Dengan demikian peserta didik Smater boleh berbangga karena bisa menyelematkan kerajinan tangan lokal Sikka yang hampir punah. Ini hal kecil tetapi sangat berarti. Kalau bukan generasi kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi?
@ Hilfi